Tuesday, April 22, 2014

KARRUME DAN LONDE TORAJA

Karrume

Karrume adalah permainan tebak-tebakan dalam bahasa toraja. Materi tebak-tebakan dapat berupa apa saja yang menjadi bagian hidup toraja. Suatu kejadian, alat, proses, binatang, tumbuhan, hingga kelakuan seseorang dapat diambil menjadi topik karrume. Topik ini kemudian digambarkan dalam gaya bahasa perumpamaan yang sedemikian sehingga menjadi sesuatu yang menarik untuk diterka. Karrume menantang dan mengasah kreativitas, mengakrabkan, dan menceriakan. Bagi sebagian toraja, karrume ini adalah kenangan. Kenangan inilah yang mendorong kami mengkoleksi kembali warisan ini, dan menyajikannya di sini. Harapan kami masih sama, karrume kembali dikenang, digemari, dan makin dicintai.


PENJELASAN KARUME (Teka-teki Toraja)


Menurut Kamus Toradja – Indonesia 1972, Karume atau Karrume berarti teka-teki, ma’karume: berteka-teki; sikarume: saling berteka-teki. Karume adalah teka-teki khas Toraja, biasanya dilakukan bila menjelang istirahat di malam hari atau pada saat beristirahat kerja di siang hari.

Karume merupakan media untuk mendorong daya pikir, mengasah otak, mendorong kreatifitas anak dalam membuat teka-teki baru serta memperluas wawasan terutama tentang realitas disekitarnya. Karume menjadi sarana perkembangan diri bagi anak-anak Toraja pada zaman dahulu. Sikarume (saling berteka-teki) merupakan suatu kegiatan yang yang menarik, terutama oleh anak-anak, dianggap sebagai kegiatan rekreasi yang mengundang canda dan tawa karena kadang jawabannya terasa lucu dan tidak terpikirkan sebelumnya. Karume pada setiap kampung biasanya berbeda susunan kata-katanya tapi maksudnya sama.

Namun pada zaman modern ini Sikarume (berteka-teki) sangat jarang sekali dilakukan oleh anak-anak Toraja terutama yang tinggal di kota mengingat semakin banyaknya hiburan lain yang lebih menarik seperti televisi, permainan game, internet, handphone, dll.


Contoh Karume-rume Toraya (Teka-teki Toraja)

1. To siruran dao langi’ Tangsipeta’daan uainna (Orang yang berketurunan diatas langit tidak saling meminta airnya)

Jawab: Bua kaluku (buah pohon kelapa)

2. Ta’pian mellolok kayu (sekam berpucuk kayu)

Jawab: Daun buangin (Daun kayu cemara Toraja)

3. Mentioangan tangmamara (Berteduh tapi tidak kering)

Jawab: Lila (Lidah)

4. To kia’tang soro’ boko’ (Orang hamil bergeser/berjalan mundur)

Jawab: Bi’ti’ (Betis)

5. To bukku’ to bukku’ unnondoi liku (Orang bungkuk orang bungkuk mengoyangkan palung sun gai/danau)

Jawab: Pekan (Pancing)

6. Suke sembang rundu’ salu (Tabung bambu yang ujungnya terpotong miring mengikuti air)

Jawab: Suso (siput)

7. To lusau’ to lurekke sirenden asu busa’na (orang yang ke selatan orang yang ke utara memegang anjing putihnya

Jawab: uai sola burana diong salu (air bersama busanya di sungai)

8. Sangeran ditoke’ toke’ mema’tik matikan elo’ (Batu asa digantung-gantung melelehkan air liur)

Jawab: Pao dao lolokna (buah mangga di pohon)

9. Toena’ kunukkun (Peganglah supaya kumenyelam)

Jawab: Petimba uai (Timba air)

10. Toena’ kualangko (Peganglah supaya kuambilkan

Jawab: Pesumpa’ (Gala penjolok buah)

11. Mengkalaokan kemakale’ ta’pa dio randan langi’ (Turun waktu pagi langsung berada di pinggir langit)

Jawab: Mata mentiro (mata melihat)

12. Kusaile anna marira kudi’pu’ anna manaran (Kulirik ternyata liar kupungut ternyata jinak)

Jawab: Talinga (telinga)

13. Sare piona nene’ku tangdilambi’ didangkanni (Celana kain compang-capingnya/koteka nenekku tak terjengkali/terukur)

                 Jawab: Lalan (jalan)

14. Indo’ lai’ diong to tallang metamba-tamba laboko (Ibu di bawah rumpun bambu berteriak-teriak akan mencuri)

                 Jawab: Kaduaya/kadoya (burung gagak)

Pustaka: 

A.T. Marampa’,  Sastra Budaya Toraja

J.B. Lebang, Karume-Rumena Toraya

J. Tammu dan H. Van der Venn, Kamus Toradja-Indonesia 1972


Londe

Berpantun dan bertutur dengan permainan kata-kata dan ungkapan berkembang dengan baik bersama perkembangan budaya dan bahasa toraja. Toraja menyebut syair-syair pantun ini londe.

Londe diangkat dari hasil olah rasa dan pemikiran tentang sesuatu hal atau maksud. Isinya dapat berupa nasehat, pendapat, ungkapan perasaan, hingga lelucon.

Ketiadaan budaya tulisan menjadikan londe sangat terbatas sebagai tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun sejak awal perkembangannya.

Saat ini, ketika londe mulai tergeser dengan kalimat-kalimat indah berbahasa asing, kami mencoba mengumpulkan kembali satu per satu dari berbagai sumber, dan mencatatkan untuk kemudian tetap dapat dibaca lagi kapan saja, tanpa khawatir akan hilang dari ingatan.


londe allo totemo
londe hari ini 
=========================
apara ballota tau
ullolangngi te lino
petawa mammi
lako tutunna lalan

=========================

alla'ko kakita-kita
lako kalosi pare
mande' rampona
tang diteka' mangura
=========================

Alla'ko kagereng-gereng
lako manuk undara
tang nabengan pa indo'na
lamu umbu' mangura

=========================


kengku bua-bua teda'
kengku ta'bi lelupang
umbai inang la la'ka' na'
dio randan dodomu

No comments:

Post a Comment