Wednesday, February 26, 2014

MANGRARA BANUA

Kabupaten Tana Toraja, negeri indah di utara Sulawesi Selatan yang dibalut oleh berbagai kisah, kekayaan adat dan tradisi. Letaknya di ketinggian, membuatnya seolah dikelilingi  hamparan pesona alam yang abadi.
Hari ini, tiga wanita ingin melihat keramaian Mangrara Banua Tongkonan, upacara peresmian rumah adat tongkonan Kombong, yang sedang berlangsung di desa Bori’.
Tongkonan, rumah panggung dari kayu dianggap sebagai perangkat adat penting bagi masyarakat Toraja. Atapnya yang berbentuk perahu, melambangkan nenek moyang Toraja yang konon berasal Yunan, Cina, berlayar dan berakulturasi dengan penduduk asli Sulawesi Selatan. Di bawah atap yang menjulang tinggi, terlihat rangkaian tanduk kerbau. Jumlah tanduk melambangkan banyaknya upacara yang pernah dilangsungkan oleh keluarga pemilik tongkonan.    
Pada Mangrara Banua Tongkonan, setelah sambutan dari pemuka adat selesai, tiba-tiba terdengar tetabuhan gendang. Pada saat ini, wanita-wanita Toraja spontan menari. Rupanya Dinna, Dila, dan Silvi pun tak mau ketinggalan.

 Setelah keriaan mereda, raungan binatang mulai riuh terdengar. Acara yang ditunggu-tunggu pun tiba, pemotongan babi, sebagai pelengkap peresmian tongkonan. Hewan-hewan besar yang dimasukkan kedalam usungan bambu ini, akan segera dibawa ketengah upacara.
Barisan penari yang kedua rupanya lebih ramai. Manik-manik yang dihias di baju adat, membuat suasana pun tambah semarak. Nah, sekali lagi, ketiga sahabat pun turut serta, berbaur dengan keramaian.
 Yang unik dari tarian pagelu, masyarakat sekitar memberikan saweran dengan menyelipkan sejumlah uang di rambut penari. Uang hasil saweran kemudian akan dikumpulkan untuk digunakan bagi keperluan adat lainnya.
 Puluhan babi kemudian dipotong, irama rancak yang terdengar dari tetabuhan gendang, mengiringi prosesi pemotongannya. Tak berapa lama kemudian, raungan yang tadi nyaring terdengar semakin menghilang tenggelam dalam keramaian.



Selain kerbau, babi merupakan hewan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Hewan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ritual ini, juga berguna sebagai alat ukur bagi status sosial seseorang.

Berbeda dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat Toraja, pemandangan ini asing bagi 3 wanita. Karena didalam Islam, pengkonsumsian dan pemanfaatan babi dalam bentuk apapun haram hukumnya.

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al Baqarah: 173)
by fista dina
Bau hangus pun tercium, puluhan hewan yang sudah dipotong tersebut dibakar diarena upacara.

Kemudian acara makan bersama pun dimulai, keriaan tergambar jelas dari masyarakat Toraja, menikmati hidangan bersama handai taulan, tanpa jarak dan status sosial.

No comments:

Post a Comment